Senin, 16 Februari 2015
Catatan Hati yang Luka
Diposting oleh Unknown di 23.31 0 komentar
Catatan Hati di Setiap Doaku
Saat cinta bicara sendiri
Saat sakit tak juga usai
Saat usaha hanya berisi kehampaan
Saat buah hati tak juga di pelukan
Bismillah.
Bersama-Nya tak ada jalan buntu.
Doa adalah titik embun yang menjelma cahaya, Manakala mimpimu gulita
Atau harapan tak menemukan di jalannya (Catatan Hati di Setiap Doaku)
Seorang
teman pernah berkata kepada saya, percuma berdoa toh doa-doa saya tidak
pernah dikabulkan. Kalimatnya membuat saya merenung, benarkah? Bukankah
Allah dekat dan mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia
bermohon kepadaNya? Apa yang salah dengan doa-doa kita.
Allah,
jika kita tak lagi percaya kekuatan doa. Lantas kemana wajah harus
dihadapkan ketika keputusasaan menyapa dari berbagai sudut, dan hidup
seakan tak punya harapan? Catatan Hati di Setiap Doaku berisi
kisah-kisah sejati, keajaiban doa yang dirasakan penulis-penulisnya.
Menyentuh dan menggugah. Bagaimana masing-masing berusaha menemukan
kekuatan agar tidak tenggelam dalam jerat keputusasaan saat ujianNya
menyapa.
Sebagian tulisan di buku ini pernah dimuat dalam Catatan
Hati di Setiap Sujudku, yang dulu sempat menjadi best seller. Bahkan
diterbitkan di Malaysia dan mengalami cetak ulang.
Semoga menebalkan
semangat berdoa setiap pembacanya, hingga tak menempuh jalan pintas
lain, bagi penyelesaian berbagai persoalan kehidupan.
Inspirasi dan semangatnya mengingatkan saya akan buku La Tahzan yang fenomenal itu (Helvy Tiana Rosa, Penulis, Dosen UNJ)
I
have to say ... that it is fantastic how Asma Nadia writes and touches
the readers' feeling, it is not a common "gift"..[smile]. It reminds me
of one of my favorite classic writers: Jane Austen (author of the famous
"Pride and Prejudice"), who had always tried to write "from her heart"
and showed the very high spirit of a well-educated young woman. That is
very rare...
Diposting oleh Unknown di 23.29 0 komentar
Catatan Hati Disetiap Sujudku
Ya Allah Yang Maha Besar dan Tidak Pernah Lelah...
Dia yang Maha memampukan mereka yang tidak berdaya...
Dia yang menjadi tumpuan segenap doa...
Setiap
kali ujian menyapa, setiap hati merasa lelah dan lemah, pada saat yang
sama saya diingatkan bahwa saya masih memiliki Allah, yang tidak pernah
lelah mendengarkan permohonan-permohonan saya.
Hanya kepada Allah
tempat saya meminta dan saya yakin Allah senang mendengarkan curhat
kita sepanjang hari, sepanjang malam, dan setiap waktu.
Sementara
mungkin orang-orang terdekat sekalipun, ibu, bapak, adik, bahkan orang
yang kita kasihi...bisa saja akan menjadi bete, kesal atau cenderung
tidak sabar mendengarkan masalah kita.
Alhamdulillah bersama-Mu
tak ada jalan buntu. Dengan-Nya yang berat terasa ringan. Dengan-Nya
saya merasa selalu punya harapan, sebab Dia yang memungkinkan
kemustahilan. Dia yang menciptakan keajaiban bagi hamba-hamba-Nya.
Biar keresahan berganti ketenangan....
Biar ketidakmungkinan berganti harapan...Aamiin
Diposting oleh Unknown di 23.26 0 komentar
Ketika Sayap-Sayap patah
Jika kau kira dengan sebelah sayap, aku akan terkoyak
Maka camkanlah
Dengan sebelah sayap itu
Akan kujelajah gunung, ombak-ombak samudera
Dan gemintang di angkasa
Beberapa
hari yang lalu, aku lupa tepatnya hari apa? Kudapati sebuah bungkusan
yang tertera nama dan alamat rumahku. Berikut nama dan alamat singkat
pengirim (Rizki di Cimanggis). Segera kubuka bingkisan itu, sebuah buku
yang sudah lama sekali ingin kubaca. Tapi selalu lupa ketika sedang
berburu buku di toko buku ataupun pameran, karena begitu banyak buku
bagus yang hendak kubaca.
Sebuah buku karangan mbak Asma Nadia
yang berjudul "Catatan Hati Seorang Istri". Dalam hati kuucapkan
hamdalah, semoga Allah SWT mengabulkan semua doa Rizki. Membalas semua
kebaikannya. Memudahkan dan melancarkan segala urusannya, amin. Makasih
ya Ki :)
Kubaca buku itu selama perjalanan menuju tempat
aktivitas, dan baru selesai pagi ini. Subhanallah isinya membuka hati
dan pemikiranku tentang kehidupan pernikahan. Maklum aku belum menikah,
jadi masih membayangkan kehidupan pernikahan yang selalu membahagiakan
dan membuat senyum selalu mengembang. Walau tak jarang kulihat banyak
kenyataan pahit, ombak, badai, gempa bahkan tsunami yang mungkin sudah
antri untuk menghadang dan membuat air mata membuncah.
Dalam buku
ini, diceritakan pengalaman para istri yang teraniaya baik secara lahir
maupun bathin. Bagaimana kesetiaan, keikhlasan dan ketabahan seorang
istri dalam menghadapi pengkhianatan, penganiayaan (lahir/bathin), serta
perlakuan tidak menyenangkan dari suami yang disayangi. Suami yang
dikagumi dan begitu diagungkan sebagai kepala keluarga.
Bagaimana
perjuangan, kekuatan dan ketabahan seorang istri dengan anak semata
wayangnya di negeri Kincir Angin, dalam menghadapi perlakuan suami yang
warga negara sana berlaku sangat keji layaknya seorang Kompeni di jaman
penjajahan.
Tak hanya itu, ada juga cerita mengenai kesetiaan dan
kasih sayang seorang suami yang selalu membuat istri dan keluarga
terdekat merasakan kebahagiaan dan rasa syukur yang melimpah karna telah
memilikinya. Tapi Allah lebih sayang pada lelaki seperti itu.
Setelah
membaca buku ini, aku jadi berpikir "betapa tipisnya kesetiaan lelaki
jaman sekarang" seperti yang digambarkan oleh mbak Asma. Allahu Robbi,
aku tak pernah lelah memohon padaMu. Untuk memberikan jodoh terbaik
pilihanMu, padaku.
Jejak kecil yang kau tinggalkan
Melemparkanku pada keajaiban penuh makna
Dan dengan segala cinta yang kupunya
Kubiarkan angan kita mengembara
Diposting oleh Unknown di 23.23 0 komentar
Catatan Hati Seorang Istri
Saat cinta berpaling
Saat rumah tangga dalam prahara
Saat ujian demi ujianNya
Mengguncang jiwa
Kemana seorang istri harus mencari
Kekuatan agar hati terus bertasbih?
Buku
ini nampaknya memang dipersembahkan khusus untuk para ibu, istri, atau
calon istri. Beberapa kali saya hanya menaruh buku tersebut di
lemari,tanpa sedikit ketertarikan untuk menyantap isinya. Hanya karena
tidak ada buku bacaan lain, tidak saya duga, buku ini bukan cuma high
recommended buat istri, calon istri atau para ibu. Tapi juga
perempuan-perempuan di Indonesia!
Diawali dengan keinginan hati
si penulis, Asma Nadia yang tidak hanya ingin meneropong ke dalam hati,
namun juga mencoba memasuki bilik hati perempuan lain dengan menuliskan
catatan atau cerita dari perjalanan kisah perempuan-perempuan menghadapi
hidupnya.
Catatan 1 dituliskan tentang Pak Haris, seorang pemimpin
sebuah penerbitan di Solo yang santun dan agak ceplas ceplos.
Pembicaraan tentang poligami dimulainya dengan Penulis. Ia mengaku
pernah tergoda dan sedikit lagi akan melakukan itu. Bahkan niat itu
terjadi pada bulan suci Ramadhan. Namun ada suatu hal yang
menyebabkannya membatalkan niatnya itu. Ia bertemu salah seorang teman.
Ikhwan tersebut berkata begini, “Jika saya menikah lagi : Pertama,
kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu…karena tidak ada jaminan
untuk itu. Apa yang di luar kelihatan bagus, dalamnya belum tentu.
Hubungan sebelum pernikahan yang sepertinya indah, belum tentu akan
terealisasi indah. Dan sudah banyak kejadian seperti itu.”
Bukan kah
itu benar teman? Banyak pasangan ‘baru’ yang pada awalnya merasa sangat
kasmaran rela mengikrarkan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang
ke-sekian kali karena kesenangan yang mereka rasakan sebelum menikah.
Dan ternyata kesenangan tersebut tidak lama dapat mereka rasakan.
Kemudian
ikhwan tersebut melanjutkan. “yang kedua?” dia termenung kemudian
melanjutkan. “sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu
akan abadi.”
Saya terhentak ketika membaca alasan kedua itu. Jika
saja semua laki-laki menyadari akan hal tersebut. Pasti tidak aka nada
kesakithatian dari para istri.
Di buku ini juga tidak hanya
menyajikan masalah seputar poligami walaupun poligami memang
mendominasi. Buku ini menyajikan sekitar 25 judul catatan hati dan saya
rasa wajib dibaca tidak hanya para istri, namun juga perempuan dan
lelaki yang ingin mengerti arti dari pernikahan yang abadi.
Diposting oleh Unknown di 23.21 0 komentar
Catatan Hati Seorang Wanita
Diposting oleh Unknown di 23.07 0 komentar